Pengalaman pertama
Pengalaman pertama memang tak terlupakan. Apapun itu.
Aku jadi teringat lirik lagu Pertama oleh Reza, yang bunyinya seperti berikut:
Pertama, kurasakan getaran
Yang kerap goyahkan rasa
Serasa ada sentuhan baru
Sinari hari hariku
Persis seperti itu rasanya kala aku mulai merasakan pertanda kehamilan pertamaku. Bahagia rasanya karena aku tak perlu menunggu lama kehadiran anggota baru dalam keluarga baruku. Meski proses kehamilan pertama ini merupakan pengalaman yang tidak enak buatku. Sebabnya adalah aku mengalami mual-mual yang cukup parah. Hampir setiap pagi setelah bangun tidur aku muntah-muntah, begitu sampai di kantor aku muntah lagi.
Aku juga jadi tidak suka aroma wewangian apapun bentuknya, sabun mandi, parfum, sabun cuci, pokoknya semua hal yang berbau wangi, aku jadi sebal dan mual. Begitu terus bahkan sampai saatnya melahirkan aku masih suka mual di pagi hari. Badan rasanya lemes banget. Kalo inget itu hii..ga mau lagi deh.
Akhirnya tibalah pada waktu yang ditunggu-tunggu. Dokter memperkirakan bahwa aku akan melahirkan tanggal 27 Juni 2004, namun ternyata Allah berkehendak lain. Pada hari terakhir aku bekerja sebelum mengambil cuti, aku terbangun malam-malam karena pingin buang air kecil. Betapa kagetnya aku ketika melihat bercak darah di celana dalamku. Aku segera membangunkan suami dan ibuku. Rasanya aku deg-degan banget. Jangan-jangan sudah tiba waktunya untuk melahirkan nih.
Esok paginya aku dan suami memutuskan untuk pergi memeriksakan diri ke bidan. Ternyata memang sudah mulai terjadi pembukaan. Aku tetap tinggal disana sampai tiba saatnya melahirkan. Wah, benar-benar pengalaman yang tak terlupakan. Aku merasakan sakit yang luar biasa selama hampir 3 hari 3 malam sebelum akhirnya melahirkan putri pertama kami.
Waktu itu tanggal 20 Juni 2005, seorang bayi perempuan mungil lahir ke dunia ini. Kami memberinya nama Hanum Daffandra Majid yang mengandung arti putri Endra dan Ratna yang berakhlak mulia dan menjadi pembela bagi orang tuanya. Kami percaya nama itu merupakan doa bagi bayi mungil kami.
Hanum tumbuh sehat dan perkembangannya juga baik. Aku mencoba memberinya ASI ekslusif selama 6 bulan pertama, namun karena saat itu aku masih bekerja, mulai usia 4 bulan Hanum sudah diperkenalkan dengan susu formula. Keputusan yang salah, karena perlahan-lahan Hanum lebih suka menyusu dengan botol dibandingkan menyusu padaku. Aku jadi teringat kejadian Hanum benar-benar menolak disusui olehku, sampai aku susah payah memompa ASI ke dalam botol untuk diberikan kepadanya. Kalau tidak salah usia Hanum saat itu baru 6 bulan.
Ada perasaan sedih memang, tapi mungkin sebenarnya Hanum sudah tahu kalau ia bakal mendapatkan adik.Makanya ia ngga mau lagi menyusu padaku. Benar saja tak lama sesudah itu, ngga diduga sama sekali aku hamil lagi. Gimana cerita selanjutnya? Tunggu ya 🙂
Komentar
Posting Komentar