Pengalaman Naik Bus Trans Jakarta
:tkp Kalo bukan karena Oriflame, barangkali saya ga akan pernah menikmati pengalaman naik Bus Trans Jakarta. Sejak pindah dari Bogor ke Bekasi tahun 2006 lalu, disusul dengan kehamilan kedua dan kerepotan mengurus bayi Hanum sendirian pada waktu itu, saya praktis jarang pergi kemana-kemana.
Kalaupun ada acara atau urusan yang memaksa saya keluar rumah, saya pasti minta diantar suami. Makanya kalo ditanya jalur angkot atau daerah mana di Jakarta dan sekitar tempat tinggal saya, saya cuma bisa tersenyum menggeleng. Ga tau bow…hehe.
Tapii, sejak gabung di Oriflame bersama d’BC Network, walaupun sebagian besar kegiatan bisnis bisa dilakukan secara online di rumah tanpa harus pergi kemana-mana, adakalanya saya harus pergi ke Kantor Oriflame untuk mengurus masalah yang tidak dapat diselesaikan melalui email atau telepon.
Misalkan saat mengurus pendaftaran salah satu downline saya yang ternyata terdaftar 2 kali. Mau tidak mau saya harus datang langsung ke Kantor Oriflame karena saya harus menandatangani berkas pembatalan.
Waktu itu kantor pusat Oriflame masih di Bulungan. Saya naik busway dari Halte Tugas, transit di Halte Dukuh Atas lalu lanjut ke Blok M. Dari Blok M saya sambung dengan bajaj menuju Kantor Bulungan.
Pengalaman pertama saya naik busway cukup menyenangkan. Saat itu Zhafif ikut saya dan suasana bus yang dingin, bersih dan tidak penuh penumpang membuat perjalanan kami cukup nyaman. Begitu pula dengan perjalanan kembali pulang. Pengalaman ini memberi kesan pertama yang cukup baik bagi saya. :thumbup
Namun tidak demikian halnya dengan pengalaman kedua saya. Seperti cerita saya di blog saya khusus cerita tentang Oriflame dan d’BC Network , kemarin minggu saya pergi ke acara d’Bistro Jakarta di Kantor Oriflame Daan Mogot.
Sekali lagi saya memutuskan untuk pergi sendiri tanpa diantar suami. Kali ini saya ajak Hanum untuk ikut serta.Pengalaman naik busway yang kedua kalinya sangat bertolak belakang dengan pengalaman sebelumnya.
Saya pikir, karena hari Minggu busway ga akan penuh penumpang. Ternyata saya salah besar.
Saya naik dari Halte Pulogadung. Baru mau naik aja, ngantrinya minta ampun. Setelah bis ketiga saya baru bisa naik. Alhamdulillah, masih kebagian kursi. Untungnya bus yang saya naiki adalah rute langsung Pulogadung-Kalideres, jadi saya tidak perlu ganti rute. Walaupun sedikit kecele sempat mau turun di Harmoni. Walhasil, yang tadinya dapat kursi, terpaksa berdiri sebentar karena kursi yang semula saya duduki diambil alih orang lain.
Waktu pulang keadaannya jauh lebih parah. Sudah menunggu setengah jam lamanya, saya baru naik setelah bis kelima. Itupun penuh sesak dengan penumpang. Kasihan juga melihat Hanum yang berdiri berimpitan diantara orang-orang dewasa. Sesekali Hanum jongkok untuk mengurangi rasa pegal. Untungnya Hanum tidak rewel sepanjang perjalanan. Ia kelihatan santai walaupun perjalananya kurang nyaman. :cd:
Saya baru aja dapat duduk setelah melewati Harmoni. Lega rasanya bisa bersandar di kursi. Hanum yang duduk di pangkuan saya segera saja tertidur pulas kecapean.
Karena sebelum naik bus saya kehujanan, baju basah membuat saya kedinginan di dalam busway yang ber-AC. Pemandangan di luar jendela pun tidak terlihat karena hari sudah malam.
Kesimpulannya, kesan kedua naik bus Trans Jakarta adalah capek, basah dan dingin. Ditambah lagi dengan kondisi perut kosong kelaparan. Lengkap sudah ketidaknyamanan yang saya alami kemarin. :batabig
Apakah saya kapok? Tentu tidak. Tetap saja bus Ttrans Jakarta merupakan salah satu pilihan angkutan kendaraan umum yang cukup baik dan cepat menuju tempat-tempat tujuan di Jakarta ini.
Kalo ga penuh penumpangnya.
Berikutnya, mau naik busway kemana yaaa :ngacir2
Komentar
Posting Komentar