Berpisah Dengan Kartu Kredit
Resmi sudah saya berpisah dengan kartu kredit visa terakhir yang saya miliki. Perpisahan dengan kartu kredit akhirnya bisa terlaksana juga, dalam upaya saya hidup menjauh dari riba yang sudah lama saya idam-idamkan.
Ya memang, sampai bulan lalu saya masih menggunakan kartu kredit untuk pembayaran biaya hosting bulanan semua web-web saya yang berlokasi di luar negeri. Namun semenjak saya pindah ke hosting lokal, alhamdulillah penggunaan kartu kredit bisa dihentikan karena ada pilihan pembayaran dengan transfer antar bank.
Kalo mau merunut kembali ke belakang, jadi inget saat pertama kali mau membuka rekening kartu kredit harus melampirkan slip gaji sementara saya cuma IRT. Akhirnya minta ijin suami untuk daftar sebagai pemegang kartu utama dan nama saya untuk kartu tambahannya. Sampai deg-degan nunggu kabar apakah aplikasi saya akan diterima atau ditolak.
Yang berikutnya malah saya ga usah repot-repot mengajukan permohonan aplikasi kartu kredit. Malahan saya dapat penawaran langsung kartu kredit untuk belanja dan kartu kredit visa atas nama saya sendiri sebagai pemegang kartu utama.
Dulu butuh banget punya kartu kredit buat bayar sewa hosting dan juga untuk biaya pasang iklan di Facebook. Sempat juga sih dipakai buat nyicil beli ponsel baru dan sekali-kali saya manfaatkan promo diskon untuk makan di restoran tertentu.
Pernah juga saya gunakan untuk belanja bulanan, maupun belanja kebutuhan rumah lainnya melalui program cicilan 0%. Termasuk membayar tagihan pengeluaran bulanan seperti bayar listrik dan telpon. Meski begitu, saya belum pernah gunakan kartu kredit untuk mendapatan dana pinjaman. Tagihannya pun selalu saya bayar lunas supaya tidak kena bunga.
Saya pikir dengan membayar lunas tagihan kartu kredit, saya bisa terhindar dari dosa riba. Tapi ternyata engga begitu. Mau bayar lunas atau dicicil, transaksi kartu kredit mengandung unsur riba, karena akad di awalnya ada penambahan (bunga) dan denda bila telat membayar.
Silahkan baca penjelasannya klik disini.
Setelah saya lebih paham kartu kredit termasuk riba, saya bertekad akan berpisah dengan kartu kredit. Pelan-pelan saya mulai alihkan lagi belanja bulanan dengan membayar tunai. Pembayaran tagihan pengeluaran bulanan juga sudah saya keluarkan dari tagihan rutin kartu kredit. Sehingga pengeluaran kartu kredit hanya untuk sewa hosting setiap bulan yang didebit secara otomatis.
Selain kegelisahan saat menggunakan kartu kredit termasuk transaksi riba, saya juga terganggu dengan petugas pelayanan pelanggan yang sering banget telpon untuk menawarkan produk asuransi.
Ya yang pernah berurusan dengan kartu kredit pasti tau sendiri betapa lihainya para sales telemarketing ini menawarkan janji-janji manis keuntungan produknya, padahal sebenernya mah ngajak terjerat riba. Hiii syerem atuh ya…
Disamping kartu kredit, saya juga masih punya rekening di bank-bank konvensional yang juga mengandung unsur riba. Nah yang satu ini saya belum bisa lepas sepenuhnya. Memang tidak bisa saya pungkiri fasilitas bank konvensional dimana saya menjadi nasabahnya, sangat memudahkan saya dalam bertransaksi secara online maupun offline, baik untuk kepentingan bisnis saya maupun untuk belanja memenuhi kebutuhan di rumah.
Oleh karena itu, saya gunakan rekening di bank konvensional ini khusus untuk keperluan transaksi saja. Saldonya juga sering saldo minimal. Sedangkan untuk rekening tabungan, saya pindahkan dananya ke bank syariah.
Jadi sudah resmi sekarang, per tanggal 6 Juni 2018 lalu saya menutup kartu kredit terakhir yang saya miliki. Bismillah, semoga upaya-upaya saya menjauh dari riba selalu dilancarkan oleh Allah SWT sehingga hidup saya lebih barokah amiin ya robbal ‘alamiin..
Komentar
Posting Komentar