Desain Stasiun Cakung Baru Yang Tidak Ramah Lansia
Sabtu kemarin saya dan anak-anak pergi ke Bogor. Seperti biasanya kami selalu naik commuter kalo hendak bepergian ke Bogor. Begitu sampai stasiun saya baru tau jalan masuk ke stasiun sudah menggunakan akses yang baru.
Menurut kabar, uji coba penggunaan Stasiun Cakung baru sudah mulai dilaksanakan sejak tanggal 9 Oktober yang lalu.
Memang sudah sejak lama stasiun Cakung mulai dibangun saya sudah membayangkan, bakalan capek karena melihat desain tangga dan bangunan stasiun yang cukup tinggi.
Dan ternyata benar. Baru menjejakkan kaki di halaman depan stasiun saya sudah menghela napas panjang. Betapa tingginya tangga menuju pintu masuk peron. Desain Stasiun Cakung yang baru ini sangat tidak ramah lansia.
Kasihan banget kalo ada bapak atau ibu lansia mau naik kereta, mereka harus naik tangga yang cukup tinggi.
Entah ada berapa anak tangga yang harus saya lewati untuk mencapai lobi Stasiun Cakung yang baru ini. Buat saya aja cukup melelahkan. Apalagi buat mereka yang lansia, pastinya lebih capek dan bahkan bisa membahayakan.
Sampai di lobi lantai atas Stasiun Cakung saya berhenti sejenak untuk beristirahat. Fiuuh…lumayan bikin dengkul gemetaran ini mah š
Bukti nyata kalo saya malas ber-olahraga. Jalan menanjak sebentar sudah kehabisan napas hehe…
Lantai atas Stasiun Cakung cukup luas untuk menampung banyaknya penumpang yang antri di loket maupun antri mau masuk peron.
Sebelum masuk peron, saya sempatkan dulu untuk mengecek saldo di kartu elektronik.
Mungkin ada baiknya disediakan juga fasilitas ATM beberapa bank yang mengeluarkan kartu elektronik untuk memudahkan penumpang mengisi ulang kartu.
Repot juga kan seandainya saldo cash di kartu elektronik tidak mencukupi, saya harus turun lagi ke luar stasiun untuk mencari ATM. Benar-benar makan waktu dan tenaga.
Baca juga : Berpisah Dengan Kartu Kredit
Saya sempat melihat sekeliling, ada fasilitas umum disediakan disini seperti toilet dan musola. Ada juga fasilitas lift untuk akses ke peron yang diprioritaskan untuk lansia, ibu hamil dan anak-anak.
Sayangnya fasilitas lift ini tidak ada dari luar stasiun, jadi orang-orang prioritas ini tetap harus naik tangga dulu menuju lift.
Harusnya disediakan juga lift, atau minimal eskalator untuk akses masuk ke stasiun. Tidak hanya akses menuju peron saja. Sehingga lebih ramah untuk lansia dan ibu hamil juga.
Oleh karena lift menuju peron diprioritaskan untuk lansia dan ibu hamil, mau ga mau harus lewat tangga lagi.
Ketika melihat saya berjalan pelan-pelan saat menuruni tangga, anak-anak meledek saya. “Ih, Ibu udah kayak putri aja,” komentar mereka sambil tertawa geli.
Yah kaann daripada jatuh keserimpet gamis, lebih malu lagi eike jadi tontonan banyak orang š
Segitu mah saya masih menikmati jalan naik turun tangga di Stasiun Cakung yang baru ini. Lain lagi dengan ibu-ibu berusia kira-kira 50an di sebelah saya yang tidak berhenti memaki ketika menuruni tangga. Kata-kata kasar keluar dari mulutnya mengungkapkan kekesalan hatinya atas desain stasiun yang membuatnya tidak nyaman.
Sepertinya PT KAI perlu mempertimbangkan penambahan lift atau eskalator mulai dari luar stasiun agar para orang tua lansia atau ibu hamil bisa masuk stasiun dengan kondisi yang lebih nyaman dan aman.
Satu hal lagi yang menarik perhatian saya. Saat ini sedang dibangun halte busway yang letaknya di sebelah stasiun, sehingga bagi penumpang yang akan meneruskan tujuannya ke tempat lain bisa menyambung naik busway tanpa harus ke terminal dulu.
Baca juga: Pengalaman Naik Bus Trans Jakarta Koridor 11 Kampung Melayu Pulogebang
Komentar
Posting Komentar