Day 25: Kenangan Masa Kecil Yang Tak Terlupakan
Kenangan masa kecil tiba-tiba terbayang lagi dalam ingatan ketika suatu hari ibu saya mengirimkan foto-foto saya kecil di grup whatsapp keluarga.
Masya Allah…ternyata saya imut juga ya sewaktu masih kecil. Kalo sekarang udah setua ini gimana? Tetep imut dong…. sedikit. Banyakan amitnya hahaha 😀
Melihat foto-foto itu lagi saya jadi teringat kenangan masa kecil yang tidak bisa saya lupakan sampai sekarang.
Saya dengan adik kedua hanya terpaut usia satu tahun. Ibu saya sering memakaikan baju yang mirip. Jadi kami sering dikira anak kembar.
Dulu itu, di depan dan di samping rumah masih berupa halaman luas yang ditanami bermacam-macam pohon buah-buahan. Sepulang sekolah saya sering bermain di kebun. Main masak-masakan, rumah-rumahan, petak umpet dan berlari-larian kesana kemari sampai kelelahan.
Seingat saya dulu termasuk anak yang cukup aktif. Walau anak perempuan, saya suka juga memanjat pohon. Pernah suatu hari, dengan pedenya saya loncat dari pohon mangga hingga kaki saya keseleo. Besoknya kaki bengkak ga bisa jalan.
Pernah juga ketika ayah saya sedang memanjat pohon limus untuk memetik buahnya. Ayah menjatuhkan buah limus dari atas pohon, ga taunya kena kepala saya yang sedang main di bawah pohon. Alhasil kepala saya benjol sebesar telur ayam.
Suatu hari ketika ayah sedang membetulkan sesuatu dengan menggunakan solder. Lalu saya, yang ikutan memperhatikan ayah bekerja, dengan polosnya memegang ujung solder yang mengepul mengeluarkan asap. Akibatnya jari-jari saya langsung melepuh. Sepertinya saya penasaran mengapa alat itu bisa berasap. 😀
Saya juga memiliki kenangan yang menakutkan dengan binatang sewaktu kecil.
Waktu itu pohon alpukat depan rumah sedang berulat banyak sekali. Seluruh batang dan ranting pohonnya diselimuti oleh ribuan ulat bulu. Rupanya ada seekor yang merayap ke teras, entah bagimana menempel di baju saya dan merayap masuk ke dalam. Saya ingat bagaimana saya menjerit-jerit ketakutan ketika merasakan ada ulat merayap di punggung. Sekujur badan saya langsung bentol besar-besar kena ulat bulu. Rasanya gatal dan panas.
Saya juga terkenang kejadian yang lain lagi.
Seperti biasanya, kalau liburan sekolah saya menginap lama di rumah nenek di desa. Suatu hari kami bersama keluarga besar, nenek, paman, bibi, ayah, ibu dan adik-adik saya makan bersama di sawah. Sementara yang lain makan, saya ikut paman saya mencari ikan di sungai. Senangnya bisa main air di sungai yang masih jernih dan dingin.
Sekembalinya dari sungai, ayah saya bertanya “Na, apa itu yang hitam-hitam di kaki kamu?” Rupanya ada seekor lintah yang menempel di kaki saya ketika sebelumnya saya melewati kerbau yang berkubang di sungai.
Saya kaget sekali dan berteriak ketakutan seraya menarik lintah itu. Tapi bukannya lepas, si lintah malah jadi melar semakin panjang dan tetap menempel kuat di kaki saya.
Saya lupa persisnya apakah sakit atau tidak. Yang saya ingat hanya satu. Semua orang yang melihat kejadian itu malah menertawakan saya. Bukannya menolong saya yang ketakutan setengah mati. Sebel banget!
Sejak saat itu saya jadi geli dengan segala jenis binatang kecil yang merayap. Saya baik-baik saja kalau cuma melihatnya. Asal jangan tersentuh badan saya deh.
Hiii…saya masih bergidik ketika membayangkan kejadian itu.
Kenangan masa kecil memang tidak terlupakan. Kadang membuat saya jadi tersenyum geli sendiri ketika mengingatnya. Bahkan jadi kisah yang seru untuk diceritakan kembali kepada anak-anak saya. Kisah yang rasanya tidak mungkin mereka alami di zaman sekarang. Zaman dimana anak-anak lebih suka bermain dengan gawai daripada beraktivitas di luar rumah.
Baca juga : Bogor Kota Hujan Yng Sarat Kenangan Tak Terlupakan
Catatan; Tulisan ini adalah artikel ahri ke-25 dari 30 hari tantangan menulis blog oleh Blogger Perempuan Network. #bloggerperempuan #Day25 #BPN30DayChallenge2018
Komentar
Posting Komentar