Wisata Hutan Mangrove Tarumajaya Bekasi
Akhir pekan lalu, saya jalan-jalan ke Wisata Hutan Mangrove Tarumajaya Bekasi. Saya bersama rombongan 14 orang, terdiri dari Hanum dan 5 orang teman-teman kelas 7 beserta ibunya masing-masing.
Meski Hanum sekarang sudah naik kelas 9, kedekatannya dengan teman-teman semasa duduk di kelas 7 masih terus berlangsung. Dan yang lebih seru, kedekatan itu ga cuma diantara anak-anaknya saja. Saya dan ibu-ibu dari masing-masing sahabat Hanum itu juga berteman dekat karena sama-sama pernah tergabung dalam WOTK (Wali Orang Tua Kelas).
Kami masih suka ketemu saat antar jemput. Atau sengaja ngumpul untuk sekedar bertukar kabar atau makan bareng di momen-momen tertentu seperti bagi rapot atau ketika ada acara sekolah.
Termasuk salah satunya jalan-jalan ke Wisata Hutan Mangrove Tarumajaya Bekasi pada hari Sabtu kemarin.
Acara jalan-jalan seru yang heboh karena terjadi beberapa insiden.
Diawali dengan tas berisi bekal makanan ketinggalan di rumah yang mengharuskan saya balik lagi mengambilnya. Lalu diakhiri dengan kejadian apes ditolak driver Grab sampai beberapa kali.
Saking susahnya memesan Grab, kami harus berjalan kaki sampai 8,5 KM jauhnya. Hingga ke pertigaan pangkalan ojek dimana akhirnya bisa dapat Grab yang bersedia mengangkut kami pulang 😀
Pelajaran nih buat yang pertama kali pergi ke Wisata Hutan Mangrove tanpa kendaraan pribadi. Jangan pesan Grab reguler untuk pergi kesana. Pilihlah Grab sewa harian, sehingga pulangnya ga kesulitan.
Di Wisata Hutan Mangrove kami menikmati berfoto di spot-spot cantik seperti Jembatan Cinta yang terkenal. Lalu pergi berperahu menyusuri kawasan hutan mangrove dan tambak-tambak milik nelayan menuju area Sunge Jingkem.
Area Sunge Jingkem ini berlokasi di tepi daratan, sepertinya berbatasan dengan kawasan Marunda Jakarta Utara. Saya ga tau persis, harus dicek lagi kepastiannya. Tempat ini baru dibuka sekitar lebaran awal Juni kemarin. Karenanya fasilitas yang ada juga belum lengkap. Belum ada mushola atau kafe. Yang baru ada toilet umum sederhana dan warung-warung tepi hutan yang hanya beralaskan bambu.
Untuk sholat kami menumpang di rumah salah satu warga. Kalo saya tidak salah ingat namanya Wa Nunung. Beliau inilah yang bercerita kalo kawasan Sunge Jingkem belum lama dibuka untuk kawasan wisata.
Selain Sunge Jingkem, ada juga area Sunge Rindu. Kawasan ini sudah lebih dulu ada. Kabarnya ada kafe dimana kita bisa memesan ikan bakar dengan harga sangat terjangkau. Sayangnya, kami tidak sempat mampir kesini, karena perahu sudah menunggu untuk mengantar kami kembali pulang.
Hari sudah semakin siang ketika perahu merapat kembali di Jembatan Cinta. Anak-anak sudah ribut minta makan sehingga akhirnya kami memutuskan untuk makan di Kafe Jembatan Cinta.
Beruntung kami masih kebagian tempat. Hampir semua saung yang tersedia di kafe ini sudah penuh.
Dan alangkah terkejutnya saya ketika melihat menu di kafe tersebut. Paket makan untuk berdua dengan nasi putih, ikan bawal bakar dan sayur asem hanya dihargai Rp 55.000. Padahal ikannya cukup besar bisa untuk 3-4 porsi.
Harga tiket masuk ke kawasan Wisata Hutan Mangrove ini juga sangat terjangkau. Rp 2.000 per orang ketika memasuki kawasan PRPM Hutan Mangrove. Naik perahu ke Sunge Jingkem atau Sunge Rindu dengan tiket Rp 10.000-30.000 PP.
Wisata Hutan Mangrove dengan ikon Jembatan cintanya bisa jadi tujuan wisata yang murah meriah untuk mengisi waktu liburan sekolah. Apalagi tempatnya juga tidak terlalu jauh. Tempat foto-fotonya juga bagus dengan pemandangan hijau hutan mangrove berpadu dengan birunya pantulan langit di permukaan air.
Hanya sedikit saja kekurangannya. Kebersihan di sekitar kawasan ini belum terpelihara dengan baik. Saya melihat banyak sampah botol dan kemasan makanan mengapung dimana-mana. Pedagang makanan di sekitar kawasan juga tampak berantakan. Makanan yang dijajakan pun dibiarkan terbuka tanpa penutup.
Perlu perhatian Pemda setempat diperlukan agar kawasan wisata ini dapat dikelola dengan lebih baik lagi.
Komentar
Posting Komentar