Praktek Menanam Sayuran di Rumah
Sudah lama sekali sejak saya belajar cara menanam secara hidroponik, baru kali ini saya praktek menanam sayuran di rumah sampai berhasil panen.
Dan saya menikmati setiap prosesnya. Mulai dari menyemai bibit sampai tumbuh batang dan daun, lalu memindahkan bibit ke pot-pot tanaman, menyiramnya setiap pagi dan sore hari, sampai akhirnya panen.
Senang sekali rasaya bisa menikmati makanan hasil panen sendiri. Apalagi di lahan terbatas. Ehh… malah di rumah saya ga punya halaman sama sekali lho. Hanya dengan memanfaatkan wadah-wadah bekas seperti botol minuman kemasan, dan bungkus-bungkus plastik bekas detergen, kantong beras dan lain-lain, sebagai pot untuk tanaman bertumbuh. Dan berkebun di atas genteng hehe…
Pada praktek menanam sayuran di rumah ini, jenis sayuran yang saya coba tanam adalah beberapa sayuran yang biasa saya beli di pasar seperti bayam, kangkung, pak choy, daun bawang dan selada. Namun saya juga tertarik menanam oregano sehingga membeli bibitnya juga.
Bibit sayuran saya beli secara online di Tokopedia. Banyak sekali merk yang ditawarkan sampai saya bingung memilihnya 😀 Akhirnya saya pilih acak aja, tanpa pertimbangan apapun.
Setelah paket bibit sampai di rumah, segera saya lakukan penyemaian bibit sesuai petunjuk yang diberikan oleh penjual. Saya menggunakan media tanam siap pakai yang bisa dibeli di penjual tanaman di pinggir jalan.
Setelah beberapa hari, saya agak ragu mengapa bibit tidak juga tumbuh padahal sudah disiram dua kali sehari sesuai petunjuk. Hingga akhirnya di hari ketujuh kalo saya tidak salah hitung, pucuk daun-daun kecil mulai bermunculan.
Yang pertama tumbuh adalah pak choy, lalu menyusul bayam. Sedangkan bibit daun bawang dan selada baru terlihat di minggu kedua. Sementara bibit oregano belum terlihat kecambahnya sama sekali.
Setelah daun tumbuh sebanyak 4-6 helai, bibit dipindahkan dari media semai ke media tanam yang sudah disiapkan. Saya memanfaatkan wadah-wadah bekas minuman dan makanan, kantong beras dan bungkus detergen sebagai pot tanaman, yang diisi dengan tanah dan media tanam siap pakai dengan perbandingan kurang lebih 1:1.
Ternyata cukup sulit juga memindahkan bibit dari media semai ke media tanam. Oleh karena ketika disemai, bibit hanya disebar begitu saja, menyebabkan bibit tumbuh berdekatan. Akibatnya akar-akarnya saling menyatu sehingga sulit dipisahkan.
Saya jadi khawatir bibit akan mati setelah dipindahkan.
Alhamdulillah, ternyata kekhawatiran saya tidak terbukti. Sebagian besar bibit pak choy yang sudah dipindah bisa tumbuh dengan baik. Hanya bibit bayam dan selada yang saya biarkan tumbuh dalam satu pot. Karena memang baru menanam sedikit saja untuk percobaan.
Agar tumbuh dengan subur, tidak lupa saya tambahkan pupuk. Saya pilih pupuk organik cair yang juga dibeli online di Tokopedia. Jadwal pemberian pupuk adalah seminggu sekali.
Tapi sayangnya tidak semua bibit bisa tumbuh dengan subur. Dari semua bibit yang saya tanam, hanya pak choy dan bayam yang berhasil tumbuh dengan subur. Daun bawang cuma tumbuh sedikit. Malah bisa dibilang gagal tumbuh karena hanya menyerupai tali setebal benang wol. Bahkan bibit oregano tidak tumbuh sama sekali. Dan selada walaupun berhasil tumbuh tapi tidak sesuai gambarnya. Malah mirip sawi tumbuh memanjang ke atas. Entah karena apa.
Dan akhirnya setelah usia HST (Hari Setelah Tanam) kurang lebih 30 hari, saya pun panen pak choy untuk pertama kalinya.
Alhamdulillah..senaaaang sekali. Baru kali ini saya merasa jadi alumni IPB sungguhan hihihi… Sebab saya pernah diledek ayah saya, sebagai alumni IPB yang terkenal dengan jurusan pertaniannya, saya malah ga bisa menanam hehehe…
Tidak hanya pak choy, saya juga panen bayam walaupun hanya dapat seikat. Hanya cukup untuk seporsi saja 😀
Sengaja waktu panen pak choy dan bayam, saya tidak mencabut sayuran bersama akarnya. Melainkan memotong batangnya dengan harapan bisa tumbuh tunas-tunas baru.
Memang berhasil untuk bayam, tetapi sepertinya tidak untuk pak choy. Setelah beberapa hari, tunas-tunas baru tumbuh di bekas potongan batang bayam. Namun tidak demikian halnya dengan pak choy. Sepertinya saya harus menyemai bibit pak choy yang baru.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, saya mencoba menanam kangkung dengan merendam bibitnya terlebih dahulu selama beberapa jam. Proses perendaman ini membantu mempercepat pertumbuhan kecambah. Selain itu saya juga langsung menyemainya dalam pot media tanam, sehingga tidak perlu dipindahkan lagi.
Kalo tidak salah, saya pernah baca entah dimana, waktu yang tepat untuk menanam itu sore hari. Jadi saya rendam bibit kangkung pada pagi hari untuk disemai di sore harinya.
Alhamdulillah, keesokan paginya, mulai terlihat kecambah kangkung tumbuh. Mudah-mudahan untuk seterusnya, kangkung bisa tumbuh dengan subur dan bisa panen pada waktunya nanti.
Ternyata praktek menanam sayuran di rumah itu mudah ya!
Komentar
Posting Komentar