Pengalaman Umroh Pertama Pada Saat Libur Akhir Tahun
Alhamdulillah pada akhir bulan Desember tahun 2019 lalu saya berhasil mewujudkan salah satu keinginan yang sudah lama saya impikan. Yaitu pergi umroh bersama keluarga, pak suami dan anak-anak.
Bertepatan dengan libur akhir tahun, pengalaman umroh pertama ini meninggalkan banyak kesan dan juga catatan khusus, tidak hanya bagi saya pribadi tetapi juga bagi Hanum dan Zhafif.
Sengaja saya memilih waktu di akhir tahun karena anak-anak sudah libur sekolah. Sehingga tidak mengganggu kegiatan sekolah anak-anak. Terutama bagi Hanum yang duduk di kelas 9 tidak ingin terganggu waktunya untuk PM dan persiapan UN lainnya.
Kebetulan di tempat kerja pak suami juga sedang tidak banyak pekerjaan sehingga beliau bisa mengambil cuti panjang untuk perjalanan pulang pergi dan kegiatan umroh selama 9 hari. Tidak hanya keluarga saya sendiri, saya juga berangkat bersama pakde, bude dan sepupunya Hanum. Semuanya ada 7 orang.
Setelah mencari info paket-paket umroh akhir tahun yang paling ekonomis, akhirnya pilihan kami jatuh pada travel pilihan budenya. Total anggota rombongan jamaah ada 49 orang, dengan rentang usia yang cukup lebar mulai dari anak-anak sampai lanjut usia juga ada.
Rupanya biaya perjalanan umroh dari travel ini terbilang paling murah. Sebab ketika ngobrol-ngobrol dengan jamaah dari travel lain ketika di Madinah maupun Mekah, mereka dikenakan biaya yang jauh lebih mahal dengan fasilitas kurang lebih sama.
Alhamdulillah rezeki saya. Meski demikian tentu ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Ada beberapa yang menjadi catatan saya, jika akan pergi umroh atau haji di tahun-tahun berikutnya. Tapi saya ga banyak mengeluh lho yaa. Kata orang, kalo untuk ibadah jangan hitungan-hitungan. Ikhlaskan saja.
Termasuk dalam poin kelebihan dan kekurangan, saya kebetulan dapat tiket penerbangan transit, tidak langsung ke Jedah. Jadi rutenya Jakarta – Kuala Lumpur – Madinah saat keberangkatan dan Jedah – Kualalumpur – Jakarta saat kepulangan.
Buat saya dan anak-anak yang baru pertama kali bepergian ke luar negeri, saya sih asyik-asyik aja. Kami tetap excited meski banyak teman yang bilang, kalo penerbangan transit itu lebih capek karena harus nunggu, check in dua kali dan sebagainya.
So what? Nikmati sajalah ya 😀
Karena transit itu, saya jadi tau suasana bandara internasional Kualalumpur seperti apa. Naik skytrain saat mau naik pesawat. Bertemu banyak macam orang-orang. Dan yang ga kalah menariknya, jadi nambah koleksi cap di paspor hehe…
Kata Pak Ustadz dari travel sih bilangnya sengaja memilih rute penerbangan seperti itu untuk menghindari jamaah naik bis Jedah – Madinah yang jaraknya cukup jauh.
Saya mah namanya juga belum pengalaman ya manut aja. Saya menikmati penerbangannya sejak dari Jakarta – Kuala Lumpur menggunakan maskapai penerbangan Malaysia Airlines. Lalu Kualalumpur – Madinah menggunakan maskapai Saudi Airlines. Makanan yang disajikan di pesawat enak-enak saya habiskan semua. Jadi kenyang dan mengantuk. Pas bangun eehh dikasih makanan lagi 😀
Sampai di Bandara Madinah, sempat ada sedikit kendala komunikasi dengan mutowwif, namun akhirnya selesai juga dan kami segera naik bis menuju hotel.
Di Madinah kami menginap di Hotel Sama Diamond. Masuk ke Masjid Nabawi dari pintu 6. Cukup jauh ke pintu khusus jamaah wanita pintu 17. Apalagi ke Raudah di pintu 25 lebih jauh lagi.
Perjuangan juga nih kalo mau ke masjid berjalan kaki cukup jauh sehingga harus mulai jalan dari hotel 1-2 jam sebelumnya kalo mau kebagian sholat di dalam masjid yang hangat. Telat sedikit aja dapatnya sholat di halaman masjid. Bukan apa-apa, bulan Desember cuaca di Madinah cukup dingin sekitar 12 oC. Sholat di halaman masjid selain kena angin dingin, lantainya juga dingin.
Hanya 2 hari saja di Madinah. Cuma berhasil ke Raudah sekali. Tapi biar cuma sekali, alhamdulillah kebagian pas antriannya cepat. Hanya satu jam selesai. Waktu itu saya mengantri selepas shalat isya. Jam 9 sudah selesai. Tapi seru pakai acara lari-larian segala 😀
Hari ketiga menuju Mekah dan persiapan ibadah umroh mengambil miqot di Bir Ali. Luar biasa juga antriannya. Perjalanan Madinah – Mekah makan waktu cukup lama juga. Hampir 6 jam. Sampai di hotel di Mekah kurang lebih jam 10 malam.
Berangkatnya juga terlambat karena ada jamaah wanita lanjut usia yang sakit dan pingsan di bis sehingga harus menunggu ambulan datang. Qodarullah keesokan harinya jamaah tersebut dikabarkan meninggal dunia. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Semoga almarhumah husnul khotimah karena meninggal di kota suci Madinah, saat sedang beribadah dan di hari Jumat pula. Aamiin..
Selama di Mekah, kami menginap di Hotel Anjum. Katanya hotel ini baru dibangun tahun 2015 dan merupakan hotel bintang 5. Jaraknya cukup dekat ke area pelebaran Masjidil Haram, tapi belum jadi. Sehingga tetap saja harus jalan agak jauh ke pintu masuk Masjidil Haram pintu 72. Hotel Anjum terletak di seberang kiri Zamzam Tower jika menghadap Masjidil Haram.
Nilai positifnya, Hotel Anjum agak jauh dari keramaian toko-toko di sekitaran Zamzam Tower jadi saya tidak banyak kesempatan berbelanja ketika di Mekah 😀
Nilai negatifnya, kamar hotelnya terlalu bagus sehingga anak-anak lebih betah di hotel dan tidak suka berlama-lama di masjid. Maunya buru-buru kembali ke hotel. Apalagi Zhafif yang lebih betah mendekam di kamar karena ada wifi gratis untuk main hape 🙁
Jadinya kalo berangkat ke masjid mepet-mepet waktu sholat. Padahal kalo azan sudah berkumandang, akses ke Ka’bah pasti sudah ditutup. Akhirnya pilihan tempat supaya tetap bisa lihat Ka’bah selepas sholat adalah mengambil tempat di rooftop. Ini jadi tempat favorit Hanum selain sholat di masjid baru pelebaran Masjidil Haram yang jaraknya lebih dekat ke hotel.
Enaknya sholat di rooftop dan di area masjid baru, jamaahna tidak terlalu membludak sehingga sholat bisa lebih tenang dan nyaman. Apabila jika saat menunggu waktu sholat antara magrib ke Isya. Suasananya mirip di taman kota, dimana banyak keluarga dengan anak-anak kecil menggelar karpet untuk bercengkerama. Hangat dan akrab.
Sekali-kali akan ada anak-anak yang berkeliling menawarkan makanan, minuman atau sekedar tisu. Rasanya damai dan membuat hati menjadi tenang.
Umroh pertama, Zhafif dan pak suami ketinggalan rombongan untuk towaf. Zhafif pengen buang air kecil sehingga terpaksa pak suami mengantar mencari WC di area luar Masjidil Haram. Saya minta tolong mutowwif untuk menunggu mereka berdua. Alhamdulillah, di putaran terakhir Zhafif dan pak suami sudah bisa bergabung bersama rombongan.
Pertama kali melihat Ka’bah, saya merinding dan menangis. Masya Allah tabarakallah… begitu banyak jamaah yang sedang towaf. Saya seperti berjalan melayang di antara ribuan orang-orang yang sedang towaf. Saya dekap erat-erat tangan Hanum yang berjalan tepat di samping saya.
Alhamdulillah…masya Allah tabarakallah… Tak henti-hentinya saya bersyukur mengucap hamdalah. Akhirnya Allah kabulkan juga impian saya untuk bisa memandang rumah-Nya secara langsung dan sholat di depannya. Rasanya seperti mimpi. Bahkan sampai sekarang pun masih terbayang di pelupuk mata.
Selain ibadah di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram, ada juga city tour melihat peternakan unta dan kebun kurma. Juga pergi ke tempat-tempat bersejarah seperti mengunjungi Masjid Quba, Jabal Rahmah, jabal Uhud serta melihat gua hira dan gua tsur dari jauh. Di Mekah kami berkunjung ke Arafah melihat tempat wukuf saat haji, ke Mina dan Muzdalifah untuk melihat tempat melempar jumrah. Semoga Allah segerakan saya juga untuk bisa berhaji segera. Aamiin.
Satu hal yang saya sangat syukuri juga, Alhamdulillah saya juga bisa sampai menyentuh dan mencium Ka’bah dan sholat di Multazam dan Hijr Ismail. Baunya haruum sekali.
Panggil aku kembali, ya Allah. Belum puas rasanya berada dekat-dekat Ka’bah, sholat menghadapnya langsung eh sudah harus pulang ke tanah air.
Bahkan ada 10 orang jamaah yang harus berangkat lebih awal dari jadwal semula. Membuat saya deg-degan takut terpisah dengan keluarga. Perubahan jadwal mendadak ini juga berakibat jadwal ibadah yang sudah disusun jadi berantakan. Akhirnya jamaah lainnya harus towaf wada masing-masing, karena ustadz sudah membimbing towaf wada 10 orang yang diberangkatkan terlebih dahulu.
Penerbangan pulang Jedah – Kualumpur agak terlambat disebabkan ada rombongan penumpang dari Malaysia yang bikin heboh. Ada anak yang menangis karena duduk terpisah jauh dengan orang tuanya, ingin duduk berderet dalam satu barisan. Mencari-cari orang yang mau tukaran tempat duduknya cukup lama sehingga pesawat belum bisa take off. Sampai-sampai pilot dan petugas bandaranya turun tangan langsung.
Di Kualalumpur ada lagi kejadian yang cukup menegangkan karena membuat kami hampir-hampir ketinggalan pesawat! Ceritanya karena antrian imigrasi yang agak tertahan, akibat ada turis India yang bermasalah visanya. Kebetulan lagi pas antrian di depan saya. Lalu ada yang teriak komplain di antrian belakang, membuat petugas imigrasi terganggu. Mereka jadi tidak senang dan marah menggerutu. Eh pas tiba giliran saya pula, saya jadi kena diomel-omelin petugasnya.
Padahal pesawat sudah tiba dan penumpang harus segera boarding. Udah gitu jarak antara bagian imigrasi dan gate dimana pesawat berada cukup jauh. Gate no 10 paling ujung pula. Kami jadi harus berlari-lari menuju gate. Bahkan petugas boarding mengecek barcode tiket sambil berlari-lari pula.
Ya gitu deh. Keseruan dan kehebohan pengalaman umroh pertama saat libur akhir tahun. Belom apa-apa sudah rindu ingin kembali lagi.
Ya Allah…semoga dimudahkan untuk selalu bisa kembali kesana di tahun-tahun mendatang. Aamin ya robbal alamiin 🙂
Komentar
Posting Komentar