Kisah Hanum Diterima di SMK Negeri 48 Jakarta
23 Maret 2020
Seharusnya mulai hari ini Hanum melaksanakan ujian praktek. Namun karena wabah corona mulai merebak, kegiatan sekolah diliburkan. Anak-anak belajar jarak jauh dari rumah melalui Google Meet dan Whatsapp. Wacana UNBK ditiadakan mulai muncul.
20 April 2020
UNBK akhirnya benar-benar ditiadakan karena wabah corona masih berlangsung. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan di seluruh wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.
Hanum tampak lega meski agak sedikit kecewa. Persiapan panjang untuk menghadapi UNBK jadi ga ada gunanya.
Baca juga : Hanum dan persiapan UNBK SMP 2020
19 Mei 2020
Jadwal pengembalian buku paket ke sekolah. PSBB masih diberlakukan sehingga acara-acara yang melibatkan orang banyak dilarang. Akibatnya rencana acara pelepasan siswa kelas 9 yang sudah disusun sejak awal tahun dibatalkan.
Hanum merasa kecewa. Namun untungnya foto-foto untuk Buku Tahunan Sekolah sempat diselesaikan jauh sebelum muncul wabah corona.
Minimal masih ada kenang-kenangan yang tersisa, kata saya mencoba menghibur Hanum.
Di grup wali murid, mulai beredar berita Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2020 akan diseleksi berdasarkan usia, nilai rapot dan akreditasi sekolah.
5 Juni 2020
Hari ini pengumuman kelulusan. Alhamdulillah, Hanum ada di urutan ke-8 dari 10 siswa dengan nilai rata-rata rapot tertinggi dari seluruh kelas 9. Bukan cuma Hanum, saya juga merasa optimis Hanum bisa lolos PPDB di sekolah SMA impiannya.
Hanum menerima kelulusannya dengan murung. Hatinya kesal karena kelulusannya tidak berkesan sama sekali.
15-16 Juni 2020
PPDB Jakarta tahun 2020 sudah dimulai. Dua hari ini jadwal pelaksanaan PPDB jalur prestasi non akademik. Teman-teman Hanum yang memiliki prestasi di bidang olahraga sudah diterima di SMAN pilihannya.
“Keren banget!” Seru Hanum mengagumi keberhasilan teman-temannya tersebut.
25-27 Juni 2020
PPDB Jakarta tahun 2020 jalur zonasi sudah dimulai. Sejak awal peluang Hanum untuk mendaftar di jalur ini sudah tertutup rapat. Usia pendaftar udah tua-tua banget. Bahkan ada yang sudah berusia 19 dan 20 tahun.
Kemarin-kemarin ngapain aja mas?
Tapi ya memang sesuai prediksi sih. Mengingat usia Hanum baru 15 tahun di bulan Juni tahun ini. Jadi saya pasrah aja. Masih ada harapan untuk mencoba di jalur prestasi akademik nanti.
Toh nilai Hanum termasuk tinggi, pikir saya optimis.
01 Juli 2020
Hari pertama PPDB jalur prestasi akademik dimulai. Saya tidak buru-buru mendaftar. Alasannya karena hendak memantau nilai di sekolah-sekolah incaran Hanum terlebih dahulu.
Sejak awal Hanum naik kelas 9, saya mulai mencari banyak informasi mengenai peringkat dan passing grade SMAN khususnya di wilayah zonasi sesuai kartu keluarga dan SMAN yang lokasinya relatif dekat dari rumah untuk pilihan non zonasi.
Ini karena lokasi tempat tinggal saya berbeda dengan KK dimana Hanum terdaftar.
Ya begini lah nasib anak Bekasi ingin sekolah di Jakarta hehe 😀
Dan rupanya, hasil pemantauan nilai di hari pertama cukup mengejutkan. Peluang mendaftar di 3 pilihan SMAN cita-cita Hanum kandas di tengah jalan. Ini akibat nilai akhir hasil perhitungan nilai rata-rata rapot (Sidanira) dengan akreditasi sekolah yang kecil. Kalah dengan sekolah lain yang nilainya jauh lebih tinggi.
Sepertinya harus segera mencari pilihan SMAN lain sambil menunggu perkembangan di PPDB jalur prestasi hari kedua esok hari.
02 Juli 2020
Sengaja menunggu waktu lebih siang sebelum mencoba daftar di hari kedua. Sambil melihat lagi perkembangan PPDB. Kira-kira SMAN mana saja yang akan dipilih yang sesuai dengan nilai akhir Hanum.
Akhirnya diputuskan Hanum akan mendaftar dengan pilihan 1, 2, 3 berturut-turut adalah SMAN 59, SMAN 11 dan SMAN 89.
Baru beberapa menit setelah mencetak bukti pendaftaran, Hanum sudah kepental dari pilihan pertama.
Dari awal daftar memang sudah di urutan bawah. Sementara kuota jalur prestasi akademik hanya 20%. Yakni kurang lebih 21 siswa saja yang akan diterima. Ditambah dengan nilai akhir 7959 karena perkalian nilai Sidanira 86,52 dengan akreditasi sekolah yang hanya 92.
Padahal nilai Hanum cukup tinggi. Tapi nyatanya kalah bersaing dengan sekolah-sekolah lain yang memiliki akreditasi jauh lebih tinggi. Terutama sekolah-sekolah unggulan dan sekolah swasta.
Ya sudah akhirnya kepental juga dari pilihan pertama.
Namun, saya masih optimis Hanum bisa lolos. Sebabnya di pilihan kedua, Hanum ada di urutan ke-6 dari 21 siswa. Masih aman lah yaw. Mudah-mudahan tetap bertahap sampai penutupan esok hari.
03 Juli 2020
Pukul 06.00
Cek situs PPDB SMA, Hanum masih aman di urutan 8. Walaupun ga sesuai dengan pilihan sekolah dan jurusan cita-citanya semula.
Yang penting bisa nyangkut dulu deh. Pilihannya di mana aja. Sekolah yang dekat rumah asalkan bisa sekolah negeri.
Masih tetep pede karena Hanum termasuk 10 besar di sekolah. Masa sih ga lolos?
Pukul 11.00
Cek PPDB lagi urutannya sudah merosot ke no 15. Duh, saya mulai sport jantung. Ya Allah, jangan sampai mental lagi batinku.
Ini pasti gagara akreditasi sekolah kecil, kalah bersaing sama sekolah lain yang akreditasinya tinggi. Saya merutuk kesal di dalam hati.
Pukul 12.00
Saya sedang di dapur, ketika tiba-tiba terdengar Hanum berteriak, “Ibuuu, udah no 20!”
Nah, lho! Jadi panik kan. Jangan-jangan malah sudah hilang namanya sekarang.
Bener aja, kan. Begitu me-refresh situs PPDB, nama Hanum sudah menghilang dari daftar.
Astaghfirullah, gimana ini? Kalo masih mau pilih sekolah negeri, harus segera daftar lagi sebelum ditutup pukul 15.00 nanti.
“Hanum, ayo putuskan sekarang juga. Mau tetap pilih SMA dengan kemungkinan kepental lagi atau putar haluan ke SMK yang masih relatif aman?” Saya bertanya dengan nafas memburu.
Hanum terlihat panik. Matanya mulai berkaca-kaca. Keningnya berkerut. Sepertinya berpikir keras mempertimbangkan pilihan sulit yang harus diambilnya dalam waktu singkat.
“Ayok, cepet putusin!” Desakku lagi. Waktu penutupan tinggal 2,5 jam lagi. Harus buru-buru ambil keputusan.
“SMK deh,” sahut Hanum agak ragu.
“Bener, nih?” Tanyaku memastikan lagi. Hanum mengangguk lemah.
Dengan tangan gemetar memegang mouse, saya memilihkan SMK buat Hanum. Pilihan yang sudah pernah dibahas jauh sebelum PPDB dimulai.
Untungnya, saat membuat pohon karir di awal kelas 9 dulu, saya pernah menyarankan Hanum untuk mempertimbangkan memilih SMK sebagai alternatif cadangan.
Jadi saya sudah tau pilihan jurusan yang diminati Hanum seandainya memilih SMK.
Saya hentikan gerakan kursor di layar laptop pada tombol “lanjutkan” sambil menatap Hanum yang duduk dengan tegang di sebelah.
“Yakin?” Saya pastikan jawaban Hanum sekali lagi.
Ketika mendengar jawaban ya pelan keluar dari bibir Hanum, kuucapkan bismillah mengiringi ujung jariku meng-klik tombol daftar.
Seketika itu juga tangis Hanum pecah. Saya peluk Hanum dan mengusap bahunya pelan. Saya turut merasakan kesedihannya, kekecewaannya. Dengan berat hati melepaskan impiannya masuk SMA.
Tak terasa pipi saya basah karena saya ikut terisak bersama Hanum.
Saya menghela nafas panjang dan berbisik pelan.
“Sayangku Hanum, kita manusia makhluk lemah hanya bisa berencana. Kuasa Allah sajalah yang menentukan pada akhirnya.”
“Dimana pun Hanum bersekolah, insya Allah ini pilihan yang terbaik.”
Pukul 17.00
Cek pengumuman di situs PPDB lagi. Hanum diterima di SMK Negeri 48 Jakarta Jurusan Multimedia.
Komentar
Posting Komentar